RSS

Tentang Rasa

Jalang ( Part I )

Ini tentang kisahku. Kisahku yang sedang berjuang untuk hidupku, berjuang untuk anak yang ku kandung. Aku wanita 22 tahun yang terpaksa tak melanjutkan pendidikanku, wanita yang terpaksa menjual kehormatanku. Aku wanita yang tak ada satu orangpun yang mengingat namaku, yang tak ada seorangpun yang bersedia menjadi temanku. Aku wanita yang biasa mereka panggil jalang. Ya, ini kisahku tentang kejamnya dunia.

Aku dilahirkan dari rahim seorang wanita kupu-kupu malam, mereka menyebutnya pelacur. Jangan tanya siapa ayahku, aku tak tahu. Bahkan ia tak bisa memastikannya, baginya aku hanya sebuah kesalahan yang tak pernah ia inginkan. Dia bahkan tak pernah memperlakukanku layaknya perlakuan ibu kepada anaknya. Dia membuat hidupku begitu hina. Dia membuat semua orang memandangku rendah. Dia yang ku panggil Ibu adalah wanita yang menjualku. Ibuku memaksaku untuk mengikuti jejak langkahnya sebagai wanita penghibur. Setiap malam aku dipaksa untuk melayani pria-pria hidung belang langganannya, mereka begitu menjijikkan. Ibuku bilang ini adalah satu-satunya cara untuk membalas semua pengorbanannya yang telah melahirkanku dan membesarkanku.
###

“Aku tak ingin melakukannya lagi !!! Berhenti membuatku lebih hina lagi!!”  Aku selalu mengatakan itu kepadanya, tapi ibuku tak pernah mendengarkan. Dia selalu saja memaksaku untuk menghasilkan uang dari cara kotor itu. Bahkan ketika aku bersikeras untuk tidak melakukannya, dia akan memukul dan mengurungku diruang sempit yang gelap, tanpa diberi makan.

“Tanpa melakukan itupun, kau sudah hina! Di dunia ini tidak ada manusia yang suci, mereka menutupinya dengan topeng kepalsuan. Kau harus bersyukur tak perlu memakai topeng untuk menutupinya.”
“Ya, ibu benar. Aku sudah hina. Aku hina karena dilahirkan dari rahim wanita sepertimu. Harusnya kau membunuhku saja!!!!! Aku tidak ingin hidup sebagai anak seorang pelacur!!!!”

Tiada hari tanpa kata-kata yang kasar, aku sudah tidak bisa menghormatinya lagi sebagai seorang ibu. Dimataku dia tidak lebih dari seorang wanita tua yang rendah. Aku membencinya.
Aku masih berusia 16 tahun ketika kehormatanku dijual ibuku.  Saat itu aku masih tercatat sebagai siswa disalah satu sekolah menengah atas. Bisa dibayangkan perlakuan seperti apa yang kudapatkan disekolahku. Tidak ada yang ingin berteman denganku, bahkan guru-guru sekalipun memandang rendah diriku. Dulu aku berfikir sekolah adalah tempat yang nyaman, tapi ternyata sama saja. Perlakukan mereka tidak berbeda dengan orang-orang disekitar lingkunganku. Menghina, mencaci, menatapku rendah, semua memperlakukanku seperti itu. Sekolah bukan tempat untuk anak seorang pelacur.

“Hei jalang!! Menjauh dari pandanganku, kau membuat mataku kotor.”
“Dasar anak pelacur! Jangan-jangan kau juga sama seperti Ibumu.”
“Orang sepertimu tidak pantas disini, kau hanya menghancurkan reputasi sekolah kami. Jangan datang lagi kesini!!!”
“Sampah! Kau lebih kotor dari sampah!!!!”

Kata-kata itu yang selalu aku dengar dari mulut mereka. Tak jarang mereka juga melempar apapun kepadaku. Perlakuan mereka membuatku tumbuh lebih keras lagi, aku bukan wanita lemah yang akan menangis ketika mereka menghinaku. Aku akan melakukan dua kali lebih kejam dari yang mereka lakukan. Ketika mereka memukuliku, aku akan memukulnya lebih kuat lagi, aku akan menghinanya lebih kasar lagi. Aku tak peduli sikapku ini membuat mereka semakin membenciku, aku hanya tidak bisa membiarkan mereka menertawai hidupku. Pernah suatu hari salah seorang siswa yang aku bahkan aku tak mengenalnya, melempar telur kekepalaku.

“Ah...maaf. Aku tak melihatmu. Anggap saja itu hadiahku untukmu. Kalian sama-sama busuk!” saat itu aku tak tinggal diam. Aku menghampirinya dan mulai memukulnya.
“Maaf, aku tak sengaja memukulmu.” Aku melihatnya mulai menangis.
Wanita lemah. Batin ku.

Kejadian itu membuatku diskorsing selama 2 minggu lamanya. Tentu saja aku tidak memberi tahu ibuku. Bahkan kalaupun ia tahu, ia tidak akan peduli. Ibuku memang berbaik hati membiayai sekolahku, setidaknya dia masih punya satu sisi baik diantara semua sisi buruknya.
###

Sudah hampir 6 bulan lamanya aku tak pernah bertemu dengan ibuku dan masih tetap tidak berniat untuk menemuinya. Sejak aku memutuskan untuk meninggalkannya tak ada sedetikpun aku berniat untuk kembali. Aku meninggalkan sepucuk surat untuknya, tapi kurasa dia tidak membacanya. Sepucuk surat yang ku tulis dengan harapan dia akan menyesal dengan semua yang telah ia lakukan. Aku juga menuliskan surat untuk sesorang yang dulu pernah ku anggap teman, namun dia mengkhianatinya. Seorang teman yang dulu ku anggap adalah tempat aku bisa berbagi rahasia, tetapi dia menghancurkannya. Wanita jalang sepertiku juga bisa jatuh cinta. Aku masih mengingat jelas malam dimana ia memandangku sama seperti yang mereka lakukan. Dari matanya, aku bisa melihat penghinaan. Satu kata yang keluar dari mulutnya berhasil menggoreskan luka baru yang sampai sekarang masih meninggalkan bekas. Luka yang terlalu dalam.

Malam itu seperti biasanya, aku kembali menjual tubuhku. Mau tak mau aku harus terbiasa dengan rutinitas kotor ini. Aku harus terbiasa memakai pakaian yang menonjolkan lekuk tubuhku. Pakaian yang mengundang nafsu para lelaki bejat, dan tentu saja dengan dandanan semenor mungkin agar dilirik dan dipilih oleh mereka. Seperti barang murah yang dikemas semenarik mungkin agar dibeli walau dengan harga rendah sekalipun. Aku melihat lelaki “pembeli” ku dari luar kamar tempat ia menunggu, samar-samar aku seperti mengenal sosoknya. Ya, dugaanku tepat. Aku mengenalnya.

“Aaahhh, ternyata mereka benar.” lelaki itu mulai menghampiriku, aku melihat kekecewaan dari matanya.
“Kau kesini hanya untuk memastikannya?”                                     
“Kau boleh dilahirkan dari seorang pelacur tetapi bukan berarti kau juga harus menjadi sepertinya. Setidaknya kau harus lebih baik dari wanita itu!!! Kau sudah kehilangan akal!   Sudah berapa banyak lelaki yang menikmatimu? Kau juga menikmatinya? Maksudku kau tidak melakukan ini karena kau memang menginginkannya bukan? Arrggh, kau benar-benar......”
“Kau sudah selesai? Aku tidak punya waktu lama, cepat kita selesaikan saja. Banyak yang harus aku layani malam ini” Kataku tanpa berani menatap matanya.
“Kau bercanda???? Aku tidak akan melakukannya dengan wanita hina sepertimu! Aku pikir kau berbeda dengan ibumu, tetapi kau sama saja. Darah pelacur mengalir ditubuhmu.”
“Kau benar. Darah pelacur memang ada ditubuhku. Satu hal yang kau tidak tahu, didunia ini tidak ada yang bisa dikerjakan dari seorang anak pelacur selain menjadi seorang pelacur. Bahkan jika adapun, orang-orang akan tetap menyuruhnya untuk menjajakan tubuhnya. Kau tahu kenapa? Karena didunia ini tidak akan pernah ada tempat untuk orang sepertiku.”
“Ya, memang tidak ada tempat untukmu, WANITA JALANG!!!!”

Sejak saat itu, aku tak pernah bertemu dengannya. Tepatnya aku tidak ingin bertemu dengannya, dan ku rusa dia juga tidak sudi lagi bertemu denganku. Aku dikeluarkan dari sekolahku, alasannya seperti yang ku duga. Anak pelacur tidak pantas untuk sekolah, ah, aku bukan saja anak kupu-kupu malam, tapi aku juga sudah menjadi kupu-kupu malam.

“Maaf, sekolah terpaksa memberhentikanmu. Sekolah harus menjaga nama baik. Ibu rasa kamu sudah dewasa, ini keputusan terbaik untuk kita semua.” Kalimat itu yang aku dengar dari wali kelasku. Tentu saja aku mengerti maksud sebenarnya. Kebaikan kita bersama? Yang benar saja, bahkan mereka tidak mendengarkan pendapatku terlebih dahulu. Tapi aku mencoba untuk tidak mempermasalahkannya. Dunia ini tidak akan pernah berpihak pada manusia rendahan sepertiku, tak punya uang, penjual tubuh.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar