Kita pernah mencoba kembali ke rumah lama, saat kita hampir menemukan rumah yang baru. Kita kira rumah lama itu masih sama seperti dulu, masih senyaman sebelum kita tinggalkan.
Tapi kita tahu, bagaimana mungkin rumah itu masih sama padahal sudah tidak kita tempati dalam waktu yang lama. Ada yang berbeda, entah itu karena pernah ada yang singgah, entah itu karena sudah dimakan usia atau bahkan entah karena kita yang berubah. Yang pasti tidak akan pernah sama.
Kita pernah memaksakan diri untuk beradaptasi kembali, merenovasi sudut-sudut rumah yang mulai rusak, membersihkan debu agar tampak seperti dulu. Awalnya mungkin kita merasa puas karena sudah melihatnya seperti dulu lagi, namun pada akhirnya kita tetap tidak merasakan apa yang kita rasakan dulu, yang tersisa hanya sebongkah kenangan yang bahkan mulai memudar.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan? Tetap kembali atau mencari yang baru?
Selalu ada resiko untuk semua pilihan. Kembali ke rumah lama berarti kita siap merombak semua yang ada dan merubahnya menjadi seperti dulu, menutup mata dengan kemegahan rumah baru. Atau mencari yang baru dan memulai kembali dari awal, meninggalkan semua kenangan dan membuat kenangan kembali.
Ya, hidup memang soal pilihan, mana yang terbaik bagi kita belum tentu terbaik bagi mereka.
Kalau saya? Mungkin saya memilh tinggal di rumah persinggahan untuk sementara, sampai saya yakin dimana letak pilihan saya. Tapi yang jelas saya hanya membutuhkan rumah meski badai, ia tetap berdiri kokoh, meski panas ia tetap memberi kesejukan, meski tak indah ia tetap terlihat mempesona, meski murah ia tetap terlihat berkelas. Saya membutuhkan rumah dimana saya bisa melepas penat, mengukir kenangan dengan kedamaian. Saya membutuhkan rumah dimana saya bisa bahagia.
Entah kembali atau mencari yang baru, Tidak ada yang mudah.
0 komentar:
Posting Komentar