RSS

Tentang Rasa

Waktu Yang Berperan.

“Pernah saya berkata ingin mencintaimu dengan tawa, ya, hingga sekarangpun saya mencintaimu dengan tawa tanpa luka. Pernah saya berkata untuk tidak menunggu, ya, hingga sekarangpun saya ingin kau tetap berjalan, jangan menunggu.”


Lelaki itu pergi, meninggalkan si gadis yang masih tak percaya, bahwa kisah mereka tak akan lagi sama. Bukan salah si lelaki ketika dia berkata “Saya sudah terlalu lelah untuk berjuang kembali seperti dulu” bukan salahnya ketika dia berkata “Semua sudah terjadi, mari saling melupakan”.

Bukan salah si gadis ketika dia pergi dan ingin kembali lagi, ketika dia berharap masih diterima dan diperjuangkan kembali. Ketika dia berkata “Saya menyesal, bisakah memulai dari awal?”, saat dia berkata “Tidak ada yang sepertimu, tidak ada.”

Waktulah yang berperan, begitu kejam merubah yang dulu saling cinta kini tak tersisa. Yang dulu berbagi rahasia kini memendam dendam.
Waktulah yang berperan, ketika si lelaki berkata “Kau yang memilih, jangan sesali” .
Waktulah yang berperan ketika si lelaki mulai membangun tembok pertahanannya.
Waktu pulalah yang berperan ketika si gadis berkata “Saya tidak memilih, tetapi saya terpaksa memilih”

Dan ketika semua sudah terjadi, tembok itu semakin tinggi, tidak ada lagi celah. Bukan salah si gadis ketika dia berpikir untuk menyerah dan berkata “Saya tidak bisa berjuang seperti saat kau berjuang dulu”.
Sudah terlalu tinggi untuk di panjat, sudah terlalu kuat untuk dirobohkan, dan ketika si lelaki berkata “Sudah tidak bisa” berakhirlah semua.

Namun, detik ini waktu tidak berperan lebih cepat, waktu tidak menghapus rasa yang ada, sengaja ia sisakan untuk dijadikan luka. Jadi, ketika si lelaki sudah tidak akan berbalik, si gadis hanya tinggal menunggu waktu untuk berkata “Saya akan mengambil arah berbeda denganmu, tidak lagi di belakangmu, tidak lagi berharap berjalan disampingmu, atau tidak lagi ingin berlari denganmu.”

Hanya menunggu waktu berperan, demi hatinya yang telah usang, si gadis tak lagi berharap.
Hanya menunggu waktu berperan, entah kapan, tetapi si gadis percaya dia bisa berkata “Terimakasih, semoga bahagia.”
Tidak menunggu waktu berperan, demi hatinya yang tersakiti, si lelaki tak akan lagi kembali.
Tidak menunggu waktu berperan, ketika si lelaki dulu pernah berkata “Bahagiaku denganmu” berubah menjadi “Semoga aku bahagia meski tanpamu”.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar