Dahulu
hidup seorang gadis sebatang kara, tak ada seorangpun bersamanya, semua
penduduk desa pergi meninggalkan desa meraka dan mencari kehidupan di luar
desa, kecuali si gadis, yang setia menunggu penduduk desa kembali,
Suatu
hari ia berjalan-jalan ke hutan rimba di belakang desanya, ia menelusuri jalan-jalan
setapak yang dipenuhi rerumputan. Tiba-tiba ia bertemu peri yang sedang membawa
origami berbentuk hati. Peri itu merasa iba melihat si gadis berjalan sendirian
di hutan rimba.
“Ini
untukmu” kata si peri.
“Apa
ini?”
“Iini origami
hati”
“kenapa
kau memberikannya untukku?” tanya si gadis.
“Aku
memberikan origami hati untuk semua orang yang ku temui, karena dengan itu aku
bisa merasakan apa yang mereka rasakan”
Si
gadis menerima origami hati tersebut, dia merasa sangat senang, karena untuk
pertama kali ada yang berbaik hati memberikan sesuatu untuknya.
“terimakasih
peri, terimakasih. Aku akan menjaganya”
Mulai
saat itu, ia menjaga origami hati tersebut. Lalu, suatu hari dia mulai berfikir
untuk membuat origami hati miliknya sendiri.
“Mungkin
aku bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain juga” pikir si gadis.
Setiap
hari dia mulai membuat origami hati satu persatu, hingga rumahnya di penuhi
oleh origami hati. Si gadis mulai kebingungan untuk siapa origami tersebut,
penduduk desa tak ada satupun yang kembali, dan dia ragu untuk meninggalkan
desa.
Si
gadis akhirnya memutuskan untuk pergi kembali ke dalam hutan rimba, dia
bertekad akan memberikan origami hati kepada siapapun yang ia temui. Ia menemui
penyihir yang sedang mencari ramuan, si gadis menghampiri penyihir tersebut.
“Ini
untukmu” katanya saraya memberikan origami hati buatannya.
“Untuk
apa ini? ini tidak bisa menjadi ramuan sihirku” kata penyihir.
“Ini
memang tidak bisa menjadi ramuanmu, tapi aku ingin berbagi kebahagiaan denganmu
melalui origami ini, dan kamu orang pertama yang ku temui di hutan ini”
Si
penyihir terlihat bingung, namun ia tetap mengambil origami hati si gadis dan
berkata.
“Terimakasih
gadis kecil, aku akan menyimpannya.”
Si
gadis merasa sangat bahagia, diam-diam dia menulis sebuah doa di dalam origami
hati miliknya, doa tersebut bertuliskan “Semoga
kau di beri kebahagiaan yang berlimpah”
Si
penyihir tidak mengetahui doa yang tertulis di dalamnya, ia hanya berpura-pura
menerima origami tersebut, dan membuangnya ketika si gadis sudah pergi. Origami
yang telah di buang itupun menghilang.
Si
gadis terus berjalan membawa origami-origami hati lainnya, ia masih tersenyum
bahagia karena ia masih mengira si penyihir masih menyimpan origami miliknya.
Dia
kemudian bertemu dengan pengemis yang sedang mencari makanan. Si pengemis
menghampiri si gadis.
“Beri
aku makanan, aku sangat lapar” mohon si pengemis.
“Aku
tak punya makanan, tapi aku punya ini” kata si gadis sambil menyerahkan origami
hatinya.
“Apa
ini? ini tidak bisa dimakan.”
“Memang
tidak bisa, tapi di sini tertulis doa yang akan membawakan kebahagiaan untukmu”
kata si gadis.
“Benarkah?
Kau baik sekali, aku akan menerimanya, dan berharap kebahagiaan itu ada.”
Si
pengemis mengambil origami hati itu, dan meletakannya di dalam keranjang
bawaannya yang kosong. “Kebahagiaan? Dasar
gadis bodoh.” Si pengemis membuang
origami hati itu, ia tidak percaya dengan kebahagiaan yang dikatakan si gadis. Namun
si gadis tidak sengaja melihatnya, ia merasa sedih. Ia berfikir mungkin si
pengemis tidak menyukainya, dan hatinya mulai tergores luka “Sakit, ada yang
sakit di dalam sini” batin si gadis seraya memegang dadanya. Origami tersebut
menghilang.
Dia
berjalan kembali dengan dadanya yang masih terasa sakit, tiba-tiba ia bertemu
dengan salah satu penduduk desa lain. Si gadis mulai ragu-ragu untuk memberikan
origami hati miliknya kepada si penduduk desa. Dia takut akan merasakan sakit
lagi.
“Apa
yang kau bawa?” tanya si penduduk desa.
“Aah,
ini origami hati. Aku akan memberikannya kepada orang yang ku temui.”
“Lalu,
kenapa kau tidak memberikannya untukku?” tanya si penduduk desa.
“Tadi
aku memberikan ini ke pengemis, namun dia membuangnya dan itu membuat dada ku
terasa sakit. Aku tidak ingin memberikan ini untukmu karena aku takut dadaku
akan sakit lagi.”
“Pengemis
itu memang jahat, kalau aku jadinya aku tidak akan membuangnya” kata penduduk
desa yang merasa iba.
“Benarkah?
Kalau begitu ini untukmu.” Si gadis percaya dengan ucapan si penduduk desa dan
memberikannya origami hati buatannya.
“Terimakasih,
aku akan terus menjaganya”
“Buka
lah, ada doa kebahagiaan yang ku tulis di dalammnya” kata si gadis dan meninggalkan
si penduduk desa, tapi diam-diam dia melihat si penduduk desa dari jauh, dia
ingin memastikan apa yang di katakan si penduduk desa.
Si
penduduk desa menyimpan origami hati itu di saku celanannya dan berjalan pulang
menuju desanya. Si gadis merasa lega dengan apa yang ia lihat. Ia melanjutkan
kembali perjalanannya. Namun si gadis tidak mengetahui di tengah perjalanan
menuju desa, si penduduk desa membuang origami tersebut tanpa melihat doa yang
tertulis di dalamnya. Origami itu menghilang.
Si
gadis mulai bertemu dengan satu persatu pengunjung hutam rimba lainnya, dan ia
memberikan origami hati miliknya, hingga keranjang bawaanya kosong.
“Ahhh,
akhirnya semua origami hatinya habis. semoga mereka merasakan kebahagiaan yang
ku rasakan” kata si gadis dengan tersenyum. Dia memutuskan untuk kembali ke
rumah dan membuat kembali origami hati.
Sesampainya
ia di rumah, ia sangat terkejut, origami-origami yang ia berikan untuk
orang-orang yang ia temui berserakan di depan rumahnya. Tidak ada satupun
origami yang di simpan oleh mereka. Origami tersebut masih utuh, tidak ada
satupun yang telah di buka. Si gadis merasa sedih, dia selalu berfikir
orang-orang tersebut ingin berbagi kebahagiaan dengannya tetapi mereka
membohongi si gadis.
Goresan-goresan
luka lainnya muncul di dada si gadis, dia merasa sangat sedih dan mulai
mengurung diri di rumahnya. Dia tidak ingin membuat origami hati lagi, karena
dia berkeyakinan tidak ada satu orangpun yang ingin yang berbagi kebahagiaan
dengannya.
Suatu
hari seorang pengembara yang tersesat datang mengunjungi desa si gadis.
“Ada
orang di sini?” tanya si pengembara. Si gadis hanya diam di rumah, dia tidak
ingin bertemu dengan siapapun.
“Siapapun
keluar lah, aku tahu ada orang di sini” si gadis mulai goyah, ia ingin
menghampiri si pengembara dan berbicara banyak dengannya, karena selama ini dia
selalu merasa kesepian. Akhirnya si gadis keluar, si pengembara melihat si
gadis keluar dan tersenyum sambil berkata “ Aku tahu, ada orang disini, dan
ternyata itu kamu.”
“Apa
yang kau lakukan disini?” tanya si gadis.
“Aku
terpisah dari rombonganku, dan kaki ini tanpa sengaja melangkah menuju ke desa
ini.” Si pengembara mulai bercerita tentang kisahnya. Si gadis mendengarkan
cerita si pengembara, dia masih ragu untuk mempercayai si pengembara. Namun, lama
kelamaan, kisah yang di ceritakan si pengembara membuat si gadis tidak merasa
kesepian lagi. Perlahan-lahan goresan luka di dadanya mulai membaik. Tangan si
gadis dengan cepat membuat origami hati lainnya.
“Ini
untukmu” si gadis memberikan origami hati yang ia buat,
“Aku
tahu ini, ada doa di dalamnya” kata si pengembara sambil menerima origami hati
tersebut.
“Dari
mana kau tahu ada doa didalamnya? kau belum membukannya” tanya si gadis.
“Aku
tidak perlu membukannya, aku sudah bisa merasakannya” jelas pengembara. Ia kemudian
menyimpan origami hati tersebut di balik jubahnya. Si gadis yang awalnya
percaya dengan si pengembara entah mengapa mulai ragu kembali. Ia takut si
pengembara akan membuangya sama seperti orang-orang yang ia temui di hutan.
“Terimakasih
gadis, aku akan menjaganya” kata si pengembara sambil kembali mencari jalan
untuk pulang dan membetulkan jubahnya, namun tiba-tiba si gadis menusuknya dari
belakang. Si pengembara merasa kesakitan dan melihat kebelakang, dia melihat si
gadis menusuknya dengan air mata yang berlinang di mata si gadis.
“Kenapa
kau menusukku?” tanya si pengembara.
“Aku
tidak ingin kau membuang origami hati yang ku buat, meski tak ada doa yang ku
tulis di dalamnya tapi aku tidak ingin merasakan sakit lagi.” Kata si gadis.
“Aku
tidak akan membuangnya, aku bahagia menerima origami ini, kau salah
menganggapku akan membuangnya.” Kata si pengembara yang menahan rasa sakit.
“Lalu
kenapa kau membetulkan jubahmu? Bukankan itu pertanda kau akan membuang origami
yang kau simpan disana?”
“Tidak,
aku membetulkannya agar origami ini tidak terjatuh saat perjalanan pulang ku” .
Mendengar
penjelasan dari si pengembara, si gadis merasa sangat sedih, ia menangis
sekeras-kerasnya dan meminta maaf kepada si pengembara.
“Maaf
kan aku, maaf kan aku pengembara karena aku tidak percaya denganmu, maafkan aku”
kata si gadis sambil terisak. Namun si pengembara tidak bisa mendengarkan si
gadis, ia telah di ambil langit dan menghilang.
Si
gadis merasa sangat menyesal, dia selalu meminta pada langit untuk
mengembalikan si pengembara dan berjanji akan membuat origami hati dengan doa
di dalamnya hanya untuk si pengembara, namun sang langit tidak mengabulkan
permintaanya. Sang langit menyimpan si pengembara dalam genggamannya dan
membiarkan si gadis hidup dengan penyesalan.
Kemudian
si gadis mulai membuat origami-origami hati lainnya, kali ini bukan untuk ia
berikan kepada orang yang ia temui, namun ia akan menggantunggkannya di
pohon-pohon di hutan rimba, ia menulis doa di dalamnya.
Hari
demi hari si gadis menggantungkannya di pohon, orang-orang yang bertemu
dengannya sempat meminta origami hati milik si gadis, namun si gadis tidak
memberikannya, ia bertekad origami yang ia berikan pada si pengembara adalah
origami terakhir yang ia berikan.
Pohon-pohon
di hutan rimba mulai penuh dengan gantungan origami hati milik si gadis, si
gadis mulai merasa lelah. Ia kembali ke desanya.
Di
rumah ia memohon pada langit “Langit, mungkin aku tidak akan bertemu lagi
dengan si pengembara, tapi tolong sampaikan pesanku untukknya, bahwa ada
ratusan origami yang ku gantungkan di pohon untuknya dengan doa yang ku tulis
di dalamnya. Aku berharap si pengembara suatu saat akan membaca salah satu
doanya. Tolong sampaikan pada si pengembara”
Pesan
itu tidak pernah tersampaikan, sang langit tidak ingin melihat si pengembara terluka
kembali karena si gadis. Tiada hari yang di lalui si gadis tanpa merindukan si
pengembara yang ia sakiti, ia menyesali dengan apa yang ia lakukan, meski ia
memohon beribu-ribu kali, sang langit tidak mengembalikan si pengembara.
Sang
langit pun berkata “ Kau mungkin telah terluka karena mereka membuang origami milikmu,
namun kau tidak boleh kehilangan kepercayaan. Si pengembara adalah utusanku yang
ku kirim untukmu, agar ia bisa mengobati lukamu, namun kau melukainya lebih
dari luka mu. Itu membuatku sangat marah, dan sekarang hiduplah dengan
penyesalanmu”
Si
gadis mulai menangis, dia akan menerima semua akibat perbuatannya, dia berdoa
setiap hari untuk kebahagiaan si pengembara.
Sang
langit diam-diam membuka origami hati yang tergantung di pohon-pohon di hutan
rimba, disana tertulis:
“Wahai
si pengembara, terimakasih telah membawakan kebahagian untukku meski hanya
sementara, dan maaf karena aku sempat tidak mempercayai kebahagiaan yang kau
beri. Pengembara yang baik hati, aku tahu kau masih mengembara entah dimana,
bisakah kau tersesat lagi di desaku? Kali ini akan ku buatkan origami hati
dengan doa hanya untukmu. Tapi jika tidak bisa kembali, aku berdoa semoga kau
menemukan kebahagiaan mu yang telah ku lukai. Untukmu si pengembara,
Terimakasih dan Maaf.”
Sang
langit hanya tersenyum membacanya dan meletakkan kembali origami hati itu.
2 komentar:
Pengembara akan selalu jadi pengembara. Sampai dia memutuskan di mana kelak dia akan berlabuh, bukan hanya sekedar singgah.
Sebelum hal itu terjadi, dia akan tetap terus mengembara. Mencari tempat baru, atau sesekali kembali ke tempat dia pernah singgah...
Semoga kelak ketika pengembara telah lelah mengembara, dia bersedia kembali tidak hanya sesekali, tidak hanya sekedar singgah.
Dan jika akhirnya dia memilih tempat baru, si pengembara harus tahu bahwa ada si gadis yang selalu berharap untuk dia tersesat kembali.
Posting Komentar