RSS

Tentang Rasa

Cerpen : Origami Hati

Dahulu hidup seorang gadis sebatang kara, tak ada seorangpun bersamanya, semua penduduk desa pergi meninggalkan desa meraka dan mencari kehidupan di luar desa, kecuali si gadis, yang setia menunggu penduduk desa kembali,
Suatu hari ia berjalan-jalan ke hutan rimba di belakang desanya, ia menelusuri jalan-jalan setapak yang dipenuhi rerumputan. Tiba-tiba ia bertemu peri yang sedang membawa origami berbentuk hati. Peri itu merasa iba melihat si gadis berjalan sendirian di hutan rimba.
“Ini untukmu” kata si peri.
“Apa ini?”
“Iini origami hati”
“kenapa kau memberikannya untukku?” tanya si gadis.

“Aku memberikan origami hati untuk semua orang yang ku temui, karena dengan itu aku bisa merasakan apa yang mereka rasakan”
Si gadis menerima origami hati tersebut, dia merasa sangat senang, karena untuk pertama kali ada yang berbaik hati memberikan sesuatu untuknya.
“terimakasih peri, terimakasih. Aku akan menjaganya”
Mulai saat itu, ia menjaga origami hati tersebut. Lalu, suatu hari dia mulai berfikir untuk membuat origami hati miliknya sendiri.
“Mungkin aku bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain juga” pikir si gadis.
Setiap hari dia mulai membuat origami hati satu persatu, hingga rumahnya di penuhi oleh origami hati. Si gadis mulai kebingungan untuk siapa origami tersebut, penduduk desa tak ada satupun yang kembali, dan dia ragu untuk meninggalkan desa.
Si gadis akhirnya memutuskan untuk pergi kembali ke dalam hutan rimba, dia bertekad akan memberikan origami hati kepada siapapun yang ia temui. Ia menemui penyihir yang sedang mencari ramuan, si gadis menghampiri penyihir tersebut.
“Ini untukmu” katanya saraya memberikan origami hati buatannya.
“Untuk apa ini? ini tidak bisa menjadi ramuan sihirku” kata penyihir.
“Ini memang tidak bisa menjadi ramuanmu, tapi aku ingin berbagi kebahagiaan denganmu melalui origami ini, dan kamu orang pertama yang ku temui di hutan ini”
Si penyihir terlihat bingung, namun ia tetap mengambil origami hati si gadis dan berkata.
“Terimakasih gadis kecil, aku akan menyimpannya.”
Si gadis merasa sangat bahagia, diam-diam dia menulis sebuah doa di dalam origami hati miliknya, doa tersebut bertuliskan “Semoga kau di beri kebahagiaan yang berlimpah”
Si penyihir tidak mengetahui doa yang tertulis di dalamnya, ia hanya berpura-pura menerima origami tersebut, dan membuangnya ketika si gadis sudah pergi. Origami yang telah di buang itupun menghilang.
Si gadis terus berjalan membawa origami-origami hati lainnya, ia masih tersenyum bahagia karena ia masih mengira si penyihir masih menyimpan origami miliknya.
Dia kemudian bertemu dengan pengemis yang sedang mencari makanan. Si pengemis menghampiri si gadis.
“Beri aku makanan, aku sangat lapar” mohon si pengemis.
“Aku tak punya makanan, tapi aku punya ini” kata si gadis sambil menyerahkan origami hatinya.
“Apa ini? ini tidak bisa dimakan.”
“Memang tidak bisa, tapi di sini tertulis doa yang akan membawakan kebahagiaan untukmu” kata si gadis.
“Benarkah? Kau baik sekali, aku akan menerimanya, dan berharap kebahagiaan itu ada.”
Si pengemis mengambil origami hati itu, dan meletakannya di dalam keranjang bawaannya yang kosong.  “Kebahagiaan? Dasar gadis bodoh.”  Si pengemis membuang origami hati itu, ia tidak percaya dengan kebahagiaan yang dikatakan si gadis. Namun si gadis tidak sengaja melihatnya, ia merasa sedih. Ia berfikir mungkin si pengemis tidak menyukainya, dan hatinya mulai tergores luka “Sakit, ada yang sakit di dalam sini” batin si gadis seraya memegang dadanya. Origami tersebut menghilang.
Dia berjalan kembali dengan dadanya yang masih terasa sakit, tiba-tiba ia bertemu dengan salah satu penduduk desa lain. Si gadis mulai ragu-ragu untuk memberikan origami hati miliknya kepada si penduduk desa. Dia takut akan merasakan sakit lagi.
“Apa yang kau bawa?” tanya si penduduk desa.
“Aah, ini origami hati. Aku akan memberikannya kepada orang yang ku temui.”
“Lalu, kenapa kau tidak memberikannya untukku?” tanya si penduduk desa.
“Tadi aku memberikan ini ke pengemis, namun dia membuangnya dan itu membuat dada ku terasa sakit. Aku tidak ingin memberikan ini untukmu karena aku takut dadaku akan sakit lagi.”
“Pengemis itu memang jahat, kalau aku jadinya aku tidak akan membuangnya” kata penduduk desa yang merasa iba.
“Benarkah? Kalau begitu ini untukmu.” Si gadis percaya dengan ucapan si penduduk desa dan memberikannya origami hati buatannya.
“Terimakasih, aku akan terus menjaganya”
“Buka lah, ada doa kebahagiaan yang ku tulis di dalammnya” kata si gadis dan meninggalkan si penduduk desa, tapi diam-diam dia melihat si penduduk desa dari jauh, dia ingin memastikan apa yang di katakan si penduduk desa.
Si penduduk desa menyimpan origami hati itu di saku celanannya dan berjalan pulang menuju desanya. Si gadis merasa lega dengan apa yang ia lihat. Ia melanjutkan kembali perjalanannya. Namun si gadis tidak mengetahui di tengah perjalanan menuju desa, si penduduk desa membuang origami tersebut tanpa melihat doa yang tertulis di dalamnya. Origami itu menghilang.
Si gadis mulai bertemu dengan satu persatu pengunjung hutam rimba lainnya, dan ia memberikan origami hati miliknya, hingga keranjang bawaanya kosong.
“Ahhh, akhirnya semua origami hatinya habis. semoga mereka merasakan kebahagiaan yang ku rasakan” kata si gadis dengan tersenyum. Dia memutuskan untuk kembali ke rumah dan membuat kembali origami hati.
Sesampainya ia di rumah, ia sangat terkejut, origami-origami yang ia berikan untuk orang-orang yang ia temui berserakan di depan rumahnya. Tidak ada satupun origami yang di simpan oleh mereka. Origami tersebut masih utuh, tidak ada satupun yang telah di buka. Si gadis merasa sedih, dia selalu berfikir orang-orang tersebut ingin berbagi kebahagiaan dengannya tetapi mereka membohongi si gadis.
Goresan-goresan luka lainnya muncul di dada si gadis, dia merasa sangat sedih dan mulai mengurung diri di rumahnya. Dia tidak ingin membuat origami hati lagi, karena dia berkeyakinan tidak ada satu orangpun yang ingin yang berbagi kebahagiaan dengannya.
Suatu hari seorang pengembara yang tersesat datang mengunjungi desa si gadis.
“Ada orang di sini?” tanya si pengembara. Si gadis hanya diam di rumah, dia tidak ingin bertemu dengan siapapun.
“Siapapun keluar lah, aku tahu ada orang di sini” si gadis mulai goyah, ia ingin menghampiri si pengembara dan berbicara banyak dengannya, karena selama ini dia selalu merasa kesepian. Akhirnya si gadis keluar, si pengembara melihat si gadis keluar dan tersenyum sambil berkata “ Aku tahu, ada orang disini, dan ternyata itu kamu.”
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya si gadis.
“Aku terpisah dari rombonganku, dan kaki ini tanpa sengaja melangkah menuju ke desa ini.” Si pengembara mulai bercerita tentang kisahnya. Si gadis mendengarkan cerita si pengembara, dia masih ragu untuk mempercayai si pengembara. Namun, lama kelamaan, kisah yang di ceritakan si pengembara membuat si gadis tidak merasa kesepian lagi. Perlahan-lahan goresan luka di dadanya mulai membaik. Tangan si gadis dengan cepat membuat origami hati lainnya.
“Ini untukmu” si gadis memberikan origami hati yang ia buat,
“Aku tahu ini, ada doa di dalamnya” kata si pengembara sambil menerima origami hati tersebut.
“Dari mana kau tahu ada doa didalamnya? kau belum membukannya” tanya si gadis.
“Aku tidak perlu membukannya, aku sudah bisa merasakannya” jelas pengembara. Ia kemudian menyimpan origami hati tersebut di balik jubahnya. Si gadis yang awalnya percaya dengan si pengembara entah mengapa mulai ragu kembali. Ia takut si pengembara akan membuangya sama seperti orang-orang yang ia temui di hutan.
“Terimakasih gadis, aku akan menjaganya” kata si pengembara sambil kembali mencari jalan untuk pulang dan membetulkan jubahnya, namun tiba-tiba si gadis menusuknya dari belakang. Si pengembara merasa kesakitan dan melihat kebelakang, dia melihat si gadis menusuknya dengan air mata yang berlinang di mata si gadis.
“Kenapa kau menusukku?” tanya si pengembara.
“Aku tidak ingin kau membuang origami hati yang ku buat, meski tak ada doa yang ku tulis di dalamnya tapi aku tidak ingin merasakan sakit lagi.” Kata si gadis.
“Aku tidak akan membuangnya, aku bahagia menerima origami ini, kau salah menganggapku akan membuangnya.” Kata si pengembara yang menahan rasa sakit.
“Lalu kenapa kau membetulkan jubahmu? Bukankan itu pertanda kau akan membuang origami yang kau simpan disana?”
“Tidak, aku membetulkannya agar origami ini tidak terjatuh saat perjalanan pulang ku” .
Mendengar penjelasan dari si pengembara, si gadis merasa sangat sedih, ia menangis sekeras-kerasnya dan meminta maaf kepada si pengembara.
“Maaf kan aku, maaf kan aku pengembara karena aku tidak percaya denganmu, maafkan aku” kata si gadis sambil terisak. Namun si pengembara tidak bisa mendengarkan si gadis, ia telah di ambil langit dan menghilang.
Si gadis merasa sangat menyesal, dia selalu meminta pada langit untuk mengembalikan si pengembara dan berjanji akan membuat origami hati dengan doa di dalamnya hanya untuk si pengembara, namun sang langit tidak mengabulkan permintaanya. Sang langit menyimpan si pengembara dalam genggamannya dan membiarkan si gadis hidup dengan penyesalan.
Kemudian si gadis mulai membuat origami-origami hati lainnya, kali ini bukan untuk ia berikan kepada orang yang ia temui, namun ia akan menggantunggkannya di pohon-pohon di hutan rimba, ia menulis doa di dalamnya.
Hari demi hari si gadis menggantungkannya di pohon, orang-orang yang bertemu dengannya sempat meminta origami hati milik si gadis, namun si gadis tidak memberikannya, ia bertekad origami yang ia berikan pada si pengembara adalah origami terakhir yang ia berikan.
Pohon-pohon di hutan rimba mulai penuh dengan gantungan origami hati milik si gadis, si gadis mulai merasa lelah. Ia kembali ke desanya.
Di rumah ia memohon pada langit “Langit, mungkin aku tidak akan bertemu lagi dengan si pengembara, tapi tolong sampaikan pesanku untukknya, bahwa ada ratusan origami yang ku gantungkan di pohon untuknya dengan doa yang ku tulis di dalamnya. Aku berharap si pengembara suatu saat akan membaca salah satu doanya. Tolong sampaikan pada si pengembara”
Pesan itu tidak pernah tersampaikan, sang langit tidak ingin melihat si pengembara terluka kembali karena si gadis. Tiada hari yang di lalui si gadis tanpa merindukan si pengembara yang ia sakiti, ia menyesali dengan apa yang ia lakukan, meski ia memohon beribu-ribu kali, sang langit tidak mengembalikan si pengembara.
Sang langit pun berkata “ Kau mungkin telah terluka karena mereka membuang origami milikmu, namun kau tidak boleh kehilangan kepercayaan. Si pengembara adalah utusanku yang ku kirim untukmu, agar ia bisa mengobati lukamu, namun kau melukainya lebih dari luka mu. Itu membuatku sangat marah, dan sekarang hiduplah dengan penyesalanmu”
Si gadis mulai menangis, dia akan menerima semua akibat perbuatannya, dia berdoa setiap hari untuk kebahagiaan si pengembara.
Sang langit diam-diam membuka origami hati yang tergantung di pohon-pohon di hutan rimba, disana tertulis:
“Wahai si pengembara, terimakasih telah membawakan kebahagian untukku meski hanya sementara, dan maaf karena aku sempat tidak mempercayai kebahagiaan yang kau beri. Pengembara yang baik hati, aku tahu kau masih mengembara entah dimana, bisakah kau tersesat lagi di desaku? Kali ini akan ku buatkan origami hati dengan doa hanya untukmu. Tapi jika tidak bisa kembali, aku berdoa semoga kau menemukan kebahagiaan mu yang telah ku lukai. Untukmu si pengembara, Terimakasih dan Maaf.”
Sang langit hanya tersenyum membacanya dan meletakkan kembali origami hati itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Pengembara akan selalu jadi pengembara. Sampai dia memutuskan di mana kelak dia akan berlabuh, bukan hanya sekedar singgah.

Sebelum hal itu terjadi, dia akan tetap terus mengembara. Mencari tempat baru, atau sesekali kembali ke tempat dia pernah singgah...

Elda Maulina mengatakan...

Semoga kelak ketika pengembara telah lelah mengembara, dia bersedia kembali tidak hanya sesekali, tidak hanya sekedar singgah.
Dan jika akhirnya dia memilih tempat baru, si pengembara harus tahu bahwa ada si gadis yang selalu berharap untuk dia tersesat kembali.

Posting Komentar